BUPATI BLITAR: PAHAMI FILOSOFI BATIK

Blitar – Berbagai cara dilakukan oleh bangsa Indonesia  untuk memperingati Hari Batik Nasional (2 Oktober). Di Kabupaten Blitar, Dinas Koperasi dan UMKM berkerjasama dengan Asosiasi Pengrajin Batik Blitar menggelar fashion show batik khas Blitar di Kampung Coklat, Minggu (1/10). Harapannya, kegiatan ini mampu memacu para perajin batik untuk lebih berinovasi. Hal ini disampaikan oleh Bupati Blitar, Drs. H.Rijanto, MM saat membuka kegiatan tersebut.

Lebih lanjut disampaikannya, batik bukan saja warisan adiluhung bangsa. Namun harus dipahami filosofinya. Misalnya, batik tutur khas Blitar. Tutur artinya bertutur sesuatu yang baik, bermanfaat. Untuk itu, membuat batik harus yang bermakna. Bupati Blitar juga menegaskan, agar seluruh OPD di Kabupaten Blitar berkomitmen menggunakan batik khas Kabupaten Blitar setiap satu minggu sekali, di Hari Jumat pasca olahraga.

Ditempat yang sama, Ir.Indra Gunawan, MM, Kepala Dinas Koperasi dan UMKM mengungkapkan, kegiatan fashion show batik kategori anak TK sampai SLTA ini diikuti sekitar 155 peserta. Selain sebagai bentuk peringatan Hari Batik Nasional, juga bertujuan mendongkrak batik Blitar.

Seperti diketahui, Pemerintah Kabupaten Blitar berkomitmen mengembangkan batik khas Blitar. Ini terbukti, sekitar enam belas peserta membatik  dari  Kabupaten Blitar mengikuti pelatihan membatik pada tanggal 11-14 Juli 2017 lalu, di Balai Besar Kerajinan dan Batik Jogjakarta. Selain belajar membatik, mereka ingin mengembangkan pohon Tom di Kabupaten Blitar, mengingat tanaman Tom sangat bermanfaat untuk perwarnaan batik.

Kepala Bidang Produksi dan Restrukturisasi Usaha Dinas Koperasi dan Usaha, Lyes Setyaningrum AT, SP, MM menyampaikan, kegiatan selama empat hari tersebut sangat bermanfaat. Para peserta antusias dan bahkan ingin membudidayakan tanaman tom. Tanaman ini sangat bagus untuk pewarna batik khususnya warna indigo. Dijelaskan pula, batik di Kabupaten Blitar masih lemah terkait dengan pewarnaan sehingga tepat jika tanaman ini dibudidayakan. Selama ini bahan pewarna batik masih harus mendatangkan dari luar Blitar dengan harga yang mahal. Harapannya, setelah mengembangkan tanaman tom atau yang lebih dikenal dengan tanaman indigo (Indigofera ) dari suku polong-polongan atau Fabaceae ini, batik di Kabupaten Blitar mampu bersaing dengan batik-batik dari daerah lain.(Humas)

Check Also

Pelajar Selalu Antusias Sambut Mobil MBG, Personel Dapur Ikut Bangga

Bogor — Kepala Satuan Pelayanan Pemenuhan Gizi (SPPG) Babakan Madang, Sentul, Savira Hazra mengaku bangga …